Thursday, December 10, 2020

The Flow πŸ’«πŸ’«

 

Jadi kalau suatu saat, misalnya antara aku atau kamu atau Mai, atau siapa aja sahabat atau temen deket aku lainnya, kita ga sahabatan lagi, maksudnya enggak sedekat sekarang, karna satu dan lain hal, atau karna simply kita udah berkeluarga dan mungkin punya kesibukan sendiri, aku ga menyesal. Karna aku tahu selama kita sahabatan, aku udah lakukan yang terbaik. Jadi ga ada yang disesali. Kalau memang sudah waktunya berakhir, itu bukan kesalahan, tapi mungkin udah jalannya.”


Above is a clip from my conversation with Oli while we were having “Farewell” dinner date. 

Udah hampir sebulan dari aku terakhir ketemu Oli, terakhir ke Padang, cuman tiba-tiba potongan pembicaraan ini crossed my mind.

Yang beda banget dari 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah, FLOW.

Tahun ini aku belajar banget untuk ‘let things flow the way the are.’ πŸ’«πŸ’«

Untuk jadwal UKMPPD, jadwal klik wahana, jadwal iship, sampai ke kehidupan personal aku, hubungan aku sama temen deket dan sahabat aku.

Karna kalau kenalan dan temen baik, aku ga terlalu ‘invest’ banyak kan di sana, maksudnya aku ga 'ambil pusing' ‘kata/tindakan/hidup’ seseorang kalau dia masuk ke kategori kenalan atau temen baik di aku.

(if this seems new to you and you have some spare time, kindly read this first ) #ThankYou

Dan selama 13 tahun terakhir, jumlah sahabat aku ga banyak ngalamin fluktuasi. XD

I mean, for instance, I’ve known Dea for half of my life. Dea bukan sahabat aku lagi, tapi saudara tak sedarah aku. I love her no matter what. And I know she feels the same way for me.

Walau, aku memang bukan tipe orang yang sahabatannya kasih kabar tiap hari.
(
Bukan berarti persahabatan yang tiap hari komunikasi tidak baik.
 SAMA SEKALI BUKAN ITU MAKSUD AKU
.)
Cuman simply aku bukan tipe yang seperti itu. πŸ™

The ones yang emang hampir tiap hari aku contact itu cuman Mama Laura atau pasangan aku/ ‘temen deket’ (yang pake tanda kutip).

Ke Cia dan Bapak juga gitu. Kalau sama Bapak biasnaya dia yang hubungin karna Bapak aku bales WA biasanya cuman “Iya.” atau “Ok, Nang”. Kalau sama Cia, biasanya dia chat diluan kalau minta aku transfer uang, atau dia mau kasih tau barang tertentu yang mau dibeli atau tempat makan yang menarik. XD

Now, yang lebih fluktuatif adalah part temen deket.
Karna emang normalnya kan awal kita kenal dan dekat dengan teman baru karna ada sesuatu yang 'saling barter' atau saling 'menguntungkan' ke kedua pihak atau saling membutuhkan, ada yang menghubungkan.
Tapi, time will reveal apakah golongan temen deket ini bakal bertahan lama atau gak.

Kalau dulu, aku bakal kesingung and feel like I was taken advantage of kalau tiba-tiba temen-temen yang aku anggap deket ga deket lagi.

Kalau sekarang, aku cuman kayak,

"Ouh, jadi maksudnya si A temenan sama aku ini doang. Ouh ya udah, gapapa. Bagus deh sekarang udah tau harus bersikap gimana."

  

Trus ya udah, I usually bakal membalas komunikasi sebegimana si temen itu bersikap.

I can say I observe much more than I'd like to admit.
I may say, do , or post foolish stuff around friends, but I pay attention.
I just don't say any thing, don't complain anything.
I keep it to myself. I just act accordingly afterwards.πŸ‘€πŸ˜Š

Ga ada ekspektasi kalau segala pertemanan atau persahabatan harus bertahan kayak posisinya beberapa waktu yang lalu atau pun saat ini.

I learnt that it's really not good for myself.
Cuz' it leaves me in the place of the object of someone else's actions and let their doings determine my peace.
Now, I take the control, I set my own boundaries, I promote, depromote, and even fire everyone (from my life, relationally) accordingly. πŸ’…πŸ’…πŸ’…


The one thing yang bikin itu semua ga 'sedingin' it may sound ya cuman grace.
Even if I already 'depromote or fire' somebody from my life, I sincerely wish and pray them well.
If one day we come across one another, it's all good.
Karna sama kayak prinsip pertama, I did all my best dalam pertemanan itu.
And that's all that matters.


Kalau ko su buat yang terbaik, sudah toh.
Ko su lakukan ko pu bagian.
Tra da yang perlu disesali atau disedihkan.
Penyesalan ada kalau kita ga melakukan yang terbaik atau memang kita yang melakukan kesalahan.
Karna hati kecil kita pasti bakal selalu ngingatin "We did her/him/them wrong.", even if we don't wanna admit it out loud to anyone.  








Luck wil show you the door, but preparation will open the door for you.
 So prepare for everything you're hoping for.









   


So yeah..
see you until next time aku punya semangat nyari sinyal atau aku lagi di rumah dinas Iship RS Karitas, yang ada wifi nya.
Stay safe, everyone.  πŸ™❤




 



 

No comments:

Post a Comment