Thursday, December 31, 2020

Close It With Gratitude ✨πŸ™πŸΌ

Hallo, everyone!
It's finally the last day of 2020.
Last year, my year-end project was Close It With Grace.
Now this year, I'mma close it with gratitude.
Here are some that stand out from all that 2020 brought :

  • Siklus Radiologi
    Radio di akhir adalah suatu nikmat Allah yang ga bisa digambarkan dengan kata-kata.
    Kocak ya....kita bisa kenal seseorang untuk waktu lama, tapi ga bener-bener deket.
    Radiologi bakal selalu jadi pilihan aku kalau Psikiatri dan Neuro gagal. πŸ™πŸ’—




  • Blajar onsite Oneshoot 
    Bersyukur karna masih punya cerita tidur bentuk ikan gembung (berjejer rapi), karoke bareng, nari India bareng, jajan bareng. Wow ketahuan banget pas awal2 fokusnya ke mana.πŸ˜‚






  • FOME yang masih sempat bersentuhan dengan pasien
    Ini juga adalah nikmat dan karunia Allah untuk bisa 'pemanasan' iship selama FOME.






  • Sebulanan karantina bareng Nabila
    Harusnya tahun ini Nabila-aku jadi exchange-buddies ke Italy, tapi ternyata Tuhan punya rencana lain, jadinya quarantine-buddies ✨πŸ™πŸΌ 





  • Penundaan UKMPPD.
    Walau awalnya banyak temen2 yang ngerasa khawatir akan konsekuensi penundaan, aku pribadi bersyukur banget. Karna selama persipan aku masih bisa punya time-table yang 'waras' untuk kesehatan mental aku. Aku masih bisa saat teduh pagi, sepedaan (1-1,5 jam), keluar waktu rehat untuk 'refreshing', dan nutup hariku lagi dengan saat teduh. Karna lebih dari beban belajarnya, beban paling besar UKMPPD menurut aku adalah beban mentalnya, ngerasa muak, bosan, ngerasa nilai TO ga naik2, ga lulus2, ngerasa kecil dan tertinggal dari temen yang kayaknya udah lebih mantap) #Ini hasil cerita pengalaman banyak orang ya πŸ™πŸΌ 

  • Ga ada OSCE UKMPPD πŸ™πŸΌ 

  • Les online persipan UKMPPD
    Yang aku ikutin saat harganya masih undervalue, ga setinggi sekarang :') 

  • Blajar online bareng ONESHOT
    Karna ini juga punya ceritanya sendiri, mulai dari mike ga nyala, izin boker slama blajar, izin ambil makan (berkali-kali) ga usah sebut nama, kita smua tau orangnya siapa, sampai doa bersama sebelum ujian. Sweet memories.





  • Semua support dan pengertian dari Mamak-Bapak-Cia & temen2 deket aku.
    Man, kalau aku cek galeri selama masa persiapan UKMPPD, itu isinya makanan smua.
    Mulai dari bekal aku yg isinya masakan mama (supaya aku ga bulak baik naik turun buat ambil makan-minum), Cia yang sabar kalau aku bilang aku perlu keliling2 naik motor biar ga sumpek di rumah aja blajar dr bangun-tidur, Bapak yang bawain kue bohong :'), temen2 deket aku yang ngirimin makanan. #Wow intinya food is my love language and its the real support ☺️😘




  























  • Ujian CBT yang bisa dilaksanakan di lokasi peserta πŸ™πŸΌ
    Emang udah jalan-Nya untuk aku persiapan UKMPPD di Medan, ujian di UMSU, dan dapat ujian hari 3.



  • Photoshoot Oneshot
    Karna bener2 full of memories. 

 





























  • Nikahan my black-sheep sister, Ghea.
    Karna hari itu aku pulang dari acara Ghea, all I felt was contentment, ga tau kenapa.☺️






  • Kelulusan UKMPPD πŸŽ“πŸ˜˜

  • Pindahan dari Padang :')
    Aku harus jujur aku sangat tidak cuan dengan perabotan aku, banyak yang aku kasih aja ke temen-temen atau orang yang menurut aku membutuhkan.
    Tapi aku bahagia. 
    Let all those things jadi pengingat & kenang-kenangan buat mereka akan aku dan ucapan terimakasih aku untuk smua hal yang udah kami lewati. ✨







  • Yudisium dan wisuda online (?)
    Ahahshshsh walau kurang berasa khidmatnya, tetap disyukuri.







 
  • Kemudahan dalam ngurus semua surat- surat dan berkas-berkas.
    Ijazah, transkrip, Serkom, STR, akun internsip, dll. Jauh lebih mudah dan lebih singkat dari biasanya.

  • One-click Internship tanpa jasa atau layanan berbayar apa pun dan dapat NTT yang udah jadi pertimbangan dari koass dan salah satu topik doa dari awal 2020.πŸ™πŸΌ 





  • Lukisan2 & kartu ucapan dari temen2 buat aku ☺️
    I love me some specially-made-for-me stuff 

  • Oleh-oleh & 'hadiah' dr blacksheep sister, Ghea ☺️




  • Smua temen-temen deket yang aku sempat temui untuk 'perpisahan' di Padang.
    Smuanya bikin hati aku penuh dengan kenangan kebahagiaan dan kerelaan untuk melepas dan menutup Chapter Padang dengan baik. ✨πŸ™πŸΌ



kita stay-cation tapi lupa foto bareng...jadi ya hasil SS video aja :') I love you both Ina-Inka.





























  • Ketemu Naomi di bandara KNO, trus ketemu Maria di Soeta.
    Ini berkat penyertaan Tuhan yang ga akan pernah aku dustakan 😘☺️







  • Geng Karitas a.k.a The ITILs.
    Buat smua kerecokan, kelasakan, kekoplakan di saat anak wahana lain tenang dan adem ayem. πŸ˜‚





  • Restored relationships.
    Ga bisa sebut satu-satu karna banyak dan sangat personal. Tapi intinya, waktu Tuhan emang ga kayak apa yang kita harapkan dan pikirkan. Tapi kalau itu waktunya Tuhan, pasti indah dan terasa damai. ✨πŸ™πŸΌ 

  • Smua hubungan yang 'ditutup' di tahun ini.
    Somehow malah jadi meringankan langkah aku, bukan nimbulin sedih atau kecewa, malah syukur dan pengharapan. ☺️✨

  • Smua 'orang baru' yang masuk ke kehidupan aku.
    Banyak dan ga bisa disebut satu-satu. Dan bersyukurnya karna aku bukan orang yang cuman mau 'sekedar tau satu sama lain dan have fun' (dalam pertemanan atau hubungan lainnya) dipertemukan dengan orang2 yang bisa diajak diskusi hal-hal yang mengembangkan diri dan mencoba hal-hal baru yang bermanfaat.
















































  • Persiapan untuk masa depan aku.
    Mulai dari blajar dan nyebur ke investasi, buat podcast bareng Lina, les bahasa Korea, IELTS prep, and other personal preps. ☺️


  • Simply sayang dan hormatnya aku sama diri aku sendiri. 
    Dulu zaman preklinik aku anxious banget sama berat badan aku, warna kulit aku, masalah wajah aku, segitunya sampai aku ngerasa kurang. Kurang kurus padahal waktu itu aku 5 kiloan lebih ringan, dan pipi aku masih tirus. Kurang mulus. Kurang smuanya untuk 'standard kecantikan' orang umunya.
    Sekarang? 

I embrace my curves. No, correction, I LOVE MY CURVES
I love my skin despite its break-out tendency. 
I love my sun-kissed skin, kenang-kenangan dari semua jalan-jalan yang aku lakukan.
I love my self so much better now, that apa pun yang aku mau lakukan itu emang karna aku mau. Kalau aku mau olahraga, karna aku mau, bukan karna orang bilang I should lose weights. Kalau aku decide untuk ikut treament tertentu, ya karna aku mau. Bukan supaya aku masuk ke klasifikasi dan diterima oleh orang lain.
I love me. I embrace me. And I respect me.




DULU :




SEKARANG :












  • Boundaries yang aku berlakukan dalam setiap hubungan aku dengan siapa pun.
    Karna ga semua orang punya hak untuk ngomong atau involved atau melakukan apa aja di hidup kamu. 
    Put peole at their places. 
    So they know how to respect and treat you the way you want to be treated, with respect and kindness.
    πŸ™πŸΌ✨ 




So yeah, HAPPY NEW YEAR'S EVE, everyone.
2020 may not be the kind of year any of us  have ever thought of or expected.
But I believe 2020 have so many lessons and blessings despite all that happened.

May 2021 be the year of prosperities and growth for all of us. 




P.S.
Thank You, Abba.
Engkau sangat baik, teramat baik, bagiku.






and ughhh... I miss Lucy so much...  πŸ’₯πŸ™Œ


Monday, December 28, 2020

something's changed ✨

 i don't know how I know this...

but something's changed.


Something..

It's not a measurable thing, but it defines a lot of other things.

It's just a different heart-posture.

If that's even the right way to describe it.

It's this feeling where I know and I can feel it deep down, that the struggles that I had for quite sometime is no longer holding me.

It's the fact that I know I won't let my tears fall for stuff I didn't do, or stuffs I don't have the ability to change.

It's the fact that I'm too sold to the promise God's put in my heart, that anything other than that, I won't invest my time in, moreover play around with.

It's this feeling that something is finished and a new thing is coming.

Weird...but it feels like that. ✨πŸ’«




Friday, December 25, 2020

f r e e d o m

Hello everyone.

It's December already.

And there's only 6 more days of 2020.


Me : "Mam, aku bersyukur banget buat banyak hal yang aku putuskan untuk lakukan dan ga lakukan untuk diriku sendiri."


I was on the phone with Mama Laura and talking about how I have been deciding things very selectively in my life, especially these past 2 years.


Aku ingat banget pernah ngomongin ini ama Nayas :

Nay : "Iya adek gua tu bilang, 'Ya dia kan udah 16 tahun, dia harusnya udah bisa mikir, dia kan udah dewasa.' Trus gua kayak, 'No, 16 itu masih anak-anak.' Mungkin karna dia masih seumuran gitu kali ya, makanya dia bilang 16 udah dewasa."

Me : "Iya. 16 mah masih kecil banget. Bahkan gua ga yakin nyebut 18/19 udah dewasa. Pemikirannya ya.."

Nay : "Lu nyebut dewasanya usia berapa?"

Me : "Sebenernya balik ke orangnya masing-masing sih. Soalnya ada juga yang udah berusia 20an akhir, pola pikirnya masih kayak anak-anak. Hmm... tapi kalau disuruh sebut angka, mungkin 21 kali ya. Kalau lu?"

Nayas : "Iya, gua juga 21 baru sebut dewasa."


In my personal opinion, kebebasan bukan tentang seberapa banyak hal yang bisa dilakukan tanpa 'kena hukuman' tanpa kena 'sanksi sosial', bukan sekedar 'kan udah besar'.

Tapi tentang jujur nanya ke diri sendiri : 

"Kalau aku ngelakuin ini, apa ini berdampak baik buat aku, masa depan aku?" 

"Kalau aku ngelakuin ini apa aku tetap akan ngerasa damai dan tenang dengan diri aku sendiri?"

"Apa kalau aku ngelakuin ini aku bakal berbohong, nyembunyiin sesuatu, atau manipulasi sesuatu, apalagi ke orang-orang yang paling aku sayangi?"


Mike Todd says something like,

"You know you're not a kid anymore, when you don't tip toe "is this a sin? is this not? where's the line?"   

But you start asking, "Is this growing me as a person? Am I closer to my purpose?"




Younger Gladys didn't think this way.
But she did learn her lessons well.


Good night.
And...Merry Christmas, everyone.


Monday, December 21, 2020

c l o s e (r) πŸ’«

Me : "Temen aku cuman lagi ngomong biasa gitu, Mam. Ga ada maksud serius apa-apa. Cuman aku ngerasa di hatiku, "Iya ya. Aku juga mau kayak gitu."

Mama Laura : "Udah dekat dia itu, Nang. Percayalah. Karna doaku udah nyampek ke hatimu."


Terakhir kali aku sama Mama Laura weren't on the same page on big matter was tentang aku kuliah kedokteran umum (mimpi, harapan, dan doanya Mama Laura sejak aku kelas 1 SMA), sementara aku 'minatnya' ke Public Relation atau Hubungan Intenasional.

Akhirnya, 2013 aku lulus SMA, aku keterima di jurusan MBTI Telkom, HI Unsoed, dan FKG USU.

Waktu itu alasan milih FKG USU karna ini yang jadi dokter dari ketiga pilihan (alasan Mama Laura) dan waktu itu batas pendaftaran HI Unsoed dari pengumuman UMB hanya 1 minggu (aku ngerasa ini terlalu singkat waktunya dan terburu-buru).

So, aku jalanin FKG.

Ga ada ngeluh tentang masuk FKG, aku jalanin sebaik yang aku bisa.

Tapi, di tengah jalan di hati aku sendiri malah timbul, "Jadi dokter, Dys. Coba lagi tahun ini."

Itu Mama Laura udah ga pernah bilang apa-apa, karna harapan dia selama adalah seorang dokter, ga masalah dokter gigi atau dokter umum.

Tapi, aku tetep mau coba ujian SBMPTN lagi.

Waktu itu kata-kata Mama Laura, "Coba lah, Nang kalau kau mau. Kalau enggak pun, dokter gigi udah bagus."

Itu aja kata-katanya.


Then aku coba lagi.

Banyak banget omongan orang yang bilang :

"Ga bersyukur kali udah dapat FKG, malah mau coba lagi."

"Ngapain FK, udah terlalu banyak dokter umum."

"Ngapain capek-capekin diri ujian lagi?!"

Ga enak banget sebenernya denger yang begitu. Waktu, hati kecil aku bilang 'coba lagi.'

Tapi toh mau orang bilang apa, aku udah bulat mau coba lagi, gimana pun hasilnya.


Trus waktu ternyata lulus FK Andalas, Padang, lebih ga enak lagi omongan orang.

"Ngapain ke Padang, nanti kau pakek jilbab!"

"Ngapain ke Padang, nanti kau kenak tsunami!"

"Ngapain ambil FK. Sini aja, udah enak, nanti punya klinik sama kakakmu." (Nyebut kakak senior aku yang dulu pacaran sama abang itu. But not anymore, now) πŸ™πŸΌ

Banyak banget yang lain yang lebih parah (re. rasis), cuman menurut aku ga baik diposting.


How did it turn out?

- Yes, I did pernah pakai jilbab di 2 atau 3 acara. Waktu aku KKN pas penyuluhan di masjid/mushalla , dan pas dulu tahun 1 turun kegiatan organisasi.

- Ya, ga kehitung udah berapa banyak gempa yang aku alami di Padang. Tapi ga pernah tsunami selama 6 tahun itu di Padang.


Malah looking back now, kalau bukan karna pengalaman aku 6 tahun di Padang, aku ga bakal pernah ngerasain banyak pengalaman baru dan sampai 'terlahir baru'.


Mungkin aku ga bakal ikut organisasi yang nyadarin aku seberapa aku cinta sama Public Health. Mungkin aku ga bakal tau seberapa bergunanya sifat planner, critical, and  practical nya aku. Aku bisa nulis beberapa artikel buat majalah lokal. Aku bisa siap skripsi 6 bulan, bisa masukin hasil penelitian ke beberapa seminar, pergi ke WONCA 2018. Banyak lagi hal-hal yang aku rasa berkat dan penyertaan Tuhan selama di Padang.

Kalau aku ga di Padang, aku juga mungkin would have never made the mistakes that made me stray, eventually hit my lowest point, and actually felt God's provisions and protections personally. Dan akhirnya ngerasain apa makna 'hadirat Tuhan' secara pribadi.


Jadi setelah 6 tahun ngejalanin apa yang orang bilang suatu tindakan 'tidak bersyukur', suatu pilihan yang merugi, do you think I will doubt my inner voice just because society don't agree with me?

ABSO-FREAKIN-LUTELY NO !!


Malah sekarang I know how to selectively tell which people about my personal 'decisions'.

Karna emang bener 'Without counsel purposes are disappointed: but in the multitude of counsellors they are established.'

Tapi lihat dan kenali who you ask wisdom from.

Bertanya dan cerita ke orang yang memang punya wisdom dan live with wisdom.

Jangan bertanya ke penonton, yang hanya akan lihat dan komentar. πŸ™ƒ✨


I'm a fond believer of kata hati/ hati nurani.

It's just kata hati itu sama kayak semua skill/ semua temen yang kita punya, kalau ga dipergunakan, enggak didengerin, ga dianggap, ya dia diam.

And then we become numb sama 'signs' and suaranya.

No wonder kita ngerasa jalan tanpa arah, ga jelas tujuannya, terombang ambing sama apa yang dunia/ orang banyak pikir, anggap wajar/ anggap keren.

All I'm saying is, "listen to that small voice in your heart."

Kalau kamu udah terlalu lama ga denger itu,  bahkan mungkin ngerasa ga punya itu, berbaliklah.

Balik ke yang ngasi tanda dan suara itu.

Balik ke DIA.

HE is always there. It's just us who gets so caught up with our lives and other people's opinions.


May we become the people who don'thave to go through stuff for times to actually learn from it. πŸ™πŸΌ✨


 



Have a blessed day, everyone. ☺️πŸ™πŸΌ

Thursday, December 10, 2020

The Flow πŸ’«πŸ’«

 

Jadi kalau suatu saat, misalnya antara aku atau kamu atau Mai, atau siapa aja sahabat atau temen deket aku lainnya, kita ga sahabatan lagi, maksudnya enggak sedekat sekarang, karna satu dan lain hal, atau karna simply kita udah berkeluarga dan mungkin punya kesibukan sendiri, aku ga menyesal. Karna aku tahu selama kita sahabatan, aku udah lakukan yang terbaik. Jadi ga ada yang disesali. Kalau memang sudah waktunya berakhir, itu bukan kesalahan, tapi mungkin udah jalannya.”


Above is a clip from my conversation with Oli while we were having “Farewell” dinner date. 

Udah hampir sebulan dari aku terakhir ketemu Oli, terakhir ke Padang, cuman tiba-tiba potongan pembicaraan ini crossed my mind.

Yang beda banget dari 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah, FLOW.

Tahun ini aku belajar banget untuk ‘let things flow the way the are.’ πŸ’«πŸ’«

Untuk jadwal UKMPPD, jadwal klik wahana, jadwal iship, sampai ke kehidupan personal aku, hubungan aku sama temen deket dan sahabat aku.

Karna kalau kenalan dan temen baik, aku ga terlalu ‘invest’ banyak kan di sana, maksudnya aku ga 'ambil pusing' ‘kata/tindakan/hidup’ seseorang kalau dia masuk ke kategori kenalan atau temen baik di aku.

(if this seems new to you and you have some spare time, kindly read this first ) #ThankYou

Dan selama 13 tahun terakhir, jumlah sahabat aku ga banyak ngalamin fluktuasi. XD

I mean, for instance, I’ve known Dea for half of my life. Dea bukan sahabat aku lagi, tapi saudara tak sedarah aku. I love her no matter what. And I know she feels the same way for me.

Walau, aku memang bukan tipe orang yang sahabatannya kasih kabar tiap hari.
(
Bukan berarti persahabatan yang tiap hari komunikasi tidak baik.
 SAMA SEKALI BUKAN ITU MAKSUD AKU
.)
Cuman simply aku bukan tipe yang seperti itu. πŸ™

The ones yang emang hampir tiap hari aku contact itu cuman Mama Laura atau pasangan aku/ ‘temen deket’ (yang pake tanda kutip).

Ke Cia dan Bapak juga gitu. Kalau sama Bapak biasnaya dia yang hubungin karna Bapak aku bales WA biasanya cuman “Iya.” atau “Ok, Nang”. Kalau sama Cia, biasanya dia chat diluan kalau minta aku transfer uang, atau dia mau kasih tau barang tertentu yang mau dibeli atau tempat makan yang menarik. XD

Now, yang lebih fluktuatif adalah part temen deket.
Karna emang normalnya kan awal kita kenal dan dekat dengan teman baru karna ada sesuatu yang 'saling barter' atau saling 'menguntungkan' ke kedua pihak atau saling membutuhkan, ada yang menghubungkan.
Tapi, time will reveal apakah golongan temen deket ini bakal bertahan lama atau gak.

Kalau dulu, aku bakal kesingung and feel like I was taken advantage of kalau tiba-tiba temen-temen yang aku anggap deket ga deket lagi.

Kalau sekarang, aku cuman kayak,

"Ouh, jadi maksudnya si A temenan sama aku ini doang. Ouh ya udah, gapapa. Bagus deh sekarang udah tau harus bersikap gimana."

  

Trus ya udah, I usually bakal membalas komunikasi sebegimana si temen itu bersikap.

I can say I observe much more than I'd like to admit.
I may say, do , or post foolish stuff around friends, but I pay attention.
I just don't say any thing, don't complain anything.
I keep it to myself. I just act accordingly afterwards.πŸ‘€πŸ˜Š

Ga ada ekspektasi kalau segala pertemanan atau persahabatan harus bertahan kayak posisinya beberapa waktu yang lalu atau pun saat ini.

I learnt that it's really not good for myself.
Cuz' it leaves me in the place of the object of someone else's actions and let their doings determine my peace.
Now, I take the control, I set my own boundaries, I promote, depromote, and even fire everyone (from my life, relationally) accordingly. πŸ’…πŸ’…πŸ’…


The one thing yang bikin itu semua ga 'sedingin' it may sound ya cuman grace.
Even if I already 'depromote or fire' somebody from my life, I sincerely wish and pray them well.
If one day we come across one another, it's all good.
Karna sama kayak prinsip pertama, I did all my best dalam pertemanan itu.
And that's all that matters.


Kalau ko su buat yang terbaik, sudah toh.
Ko su lakukan ko pu bagian.
Tra da yang perlu disesali atau disedihkan.
Penyesalan ada kalau kita ga melakukan yang terbaik atau memang kita yang melakukan kesalahan.
Karna hati kecil kita pasti bakal selalu ngingatin "We did her/him/them wrong.", even if we don't wanna admit it out loud to anyone.  








Luck wil show you the door, but preparation will open the door for you.
 So prepare for everything you're hoping for.









   


So yeah..
see you until next time aku punya semangat nyari sinyal atau aku lagi di rumah dinas Iship RS Karitas, yang ada wifi nya.
Stay safe, everyone.  πŸ™❤