Friday, July 10, 2020

The Invaluable Legacies πŸ’ πŸŒŒ✨

Hi everyone!
How's life?
I hope y'all are doing great. 

After all the things that happended, I personally feel these last 6 months have been self-reflecting, personal-developing, root-deepening time.
It seems weird when many things are being postponed, I actually experience much more growth in this doing less and focussing on less stuff.

As we got more time by ourselves and really substract our activities to what's important, I see it more clearly now that I'm blessed with such family.
I don't say mine is a perfect one, I swear we're not.
Cia and I fight like brothers from time to time but I know deep down we have this unconditional love for each other.
Mamak-Bapak isn't the kind of couple that makes you believe in romance or such things.
But somehow, they sow so much good seeds in Cia and I.
Seeds of values that now, in my mid 20s, I see as the most invaluable legacies they (Mamak-Bapak) can leave Cia and I with. 


So, I'd like to share some of the good seeds I feel blessed to have in my life :

1. FAITH

On one afternoon after Mom coming home from work, I told her, 

"Mak, kayaknya aku yakin aku bakal pindah gereja. Aku ga ngerasa sesuai aja sama gereja kita. 
Ya enggak sekarang, mungkin waktu kakak udah nikah. 
Tapi aku yakin bakal pindah. Kau ga papa kan Mam aku pindah?"

Mamak : "Ya, ga papa. Gerejalah dimana kau merasa imanmu bertumbuh."

Aku tahu ini ga terasa kayak 'a big thing' buat orang yang bukan orang Batak Toba, bukan anggota jemaat gereja kesukuan. Tapi buat yang ngerti pasti tahu how big of a deal apa yang aku bilangin ke Mamak. 

Tapi kenyataannya Mamak-Bapak memang ga pernah ngajarin aku dan Cia untuk membedakan orang Kristen berdasarkan dia gereja di mana.

I know this seems small, tapi karna aku ga pernah diajarin untuk membedakan itu, aku juga jadi ga pernah membedakan temen aku yang ga seagama dengan aku.
It's one of the thing kamu kebawa sampai besar.

Makanya kalau waktu koass orang nanya aku gereja di mana, aku bakal bilang tergantung jadwal dinas aku apakah ada di hari Minggu atau enggak. 

Yang pasti, aku ga akan pernah melewatkan satu minggu tanpa pergi ke Altar-Nya dan mengucap syukur untuk segala kebaikan-Nya. 
Apakah Altar-Nya di katedral, di gereja kesukuan, atau di gereja yang pakai bangunan rumah toko, kalau itu Altar yang aku diizinkan Tuhan datangi, aku tetap mengucap syukur. 


2. SIMPLE LIFE

Jadi Cia pernah cerita, dia terlambat ke sekolah, dan waktu dia lagi 'disuruh' berdoa sendiri di depan kelas sebelum duduk ke bangkunya, guru BK datang, masuk ke kelasnya, dan intinya nanya Cia kerja Mamak dimana.
Jadi Cia ngejawab sesusai apa yang ditanyakan. 
Sampai guru BK itu bilang, 

"Mamakmu pejabat, tapi gayamu ke sekolah kayak gembel."

(I know this may sound harsh, tapi nada mengucapkannya ga bermaksud kasar, cuman kayak nada menyindir seloro orang Medan. Semoga bisa dimengerti buat orang yang membaca yang ga pernah bersentuhan sama ke-Medan-an ini).

Beberapa bulan di rumah, aku baru meyadari kalau memang Mamak-Bapak selalu ngajarin kami hidup sederhana.
Honestly ga banyak perbedaan di gaya hidup keluarga kami dari waktu Mamak cuman staf dan Bapak belum perwira.

Somehow, karna kebiasaan hidup sederhana ini, aku jadi bisa 'ngelihat gimana temen-temen aku' ke aku.
That's why aku ga pernah suka ngebahas uang, harta, & barang. 
As time goes on, kamu bakal bisa lihat kok orang itu siapa dan gimana dia sebenarnya.
Dan, aku sendiri sebenernya ngerasa aneh kalau someone spends so much time and energy talking or showing it off. 
Tapi ya, balik lagi, mungkin itulah dia, and I should accept it that way. 
Cuman ya, we may not vibe together.


3. PAINT YOUR OWN CANVAS

I spent some time feeling down, feeling like I have nothing left.
And at that time and until now, Mom keeps teeling me,

"Ini hidupmu, Nang. Kayak kanvas putih, kau pelukisnya. 
Warnailah seindah, seberwarna, semenarik yang kau mau. 
Ini hidupmu, jalanmu. Bukan hidupku. Bukan jalanku. 
Aku yakin Tuhan punya rancangan-Nya sendiri untukmu." 

Jadi itu yang aku pegang.
Keyakinan kalau apa pun yang aku mau jadi, mau lakukan, I have my family's full blessings.
That I can be my very own version of Gladys.
Bukan Gladys yang ada di pikiran orang atau yang ada di cerita orang.


4. DON'T GOSSIP - BE TRUTHFUL

Aku ga pernah tau Mamaku punya 'kelompok cerita'.
She's a woman yang bangun pagi, nyiapin makan untuk keluarganya, gets ready, goes to her work, comes back home, and rest. 
She does a lot of things. 
She shares a lot of valuable life-lessons with Cia and I, but she never keluar ketemu ibu-ibu lainnya untuk menceritakan orang lain. She just doesn't do that.

I guess that's why dia yang jadi bahan bicaraan ibu-ibu lainnya. πŸ‘€πŸ˜‚✌ahahahahahha

Somehow karna dia orangnya kayak gitu, yang tertanam di aku perempuan itu ya kayak gitu.
Or at least the woman in my life kayak gitu.
This is why aku bukan type KBT yang asik diajak 'cerita' ✌πŸ‘€ahahahahha..

Bukan berarti aku ga pernah nanya kabar atau kehidupan orang gimana, but I tend to tanya lansung ke orangnya, atau emang sama orang terdekatnya, dan biasanya pasti kayak 'how's she/he doing?' bukan kayak 'kalian tau enggak si A .....'

Kayaknya karna orang-orang terdekat aku tahu aku kayak gini, waktu ada berita yang gimana-gimana tentang aku, dan orang-orang pada nanya ke mereka, mereka 'keep their mouths shut'.
Karna they know I don't like minding other people's personal life, sama kayak aku ga mau personal life aku dicampurin orang lain. πŸ™



5. LEVEL OF PROBLEMS

My mom always say, 

"Dalam hidup ini, ada masalah yang kau bisa pecahkan sendiri. Ada yang kau butuh orang lain untuk memecahkannya. Ada masalah yang butuh sekelompok orang untuk memecahkannya. 
Tapi, ada hal-hal yang ga aku, ga kau, ga siapa pun bisa memecahkannya, itu hal-hal yang punya Tuhan, urusan Tuhan."

This is how I percieve kehidupan personal orang lain.
By kehidupan personal I mean, hubungan dia sama Tuhan, apa yang dia lakukan waktu dia sendirian, apa yang dia lakukan di hidupnya, siapa yang dia sayang dan yang dia pilih untuk share his/her life with.

Setiap orang punya hal-hal yang dia mau keep ke dirinya sendiri. 
HAK DIA.
HIDUP DIA.

When my Mom said that thing for the first time, dia masukin homoseksualitas di contoh 'hal-hal yang ga aku, ga kau, ga siapa pun bisa memecahkannya, itu hal-hal yang punya Tuhan, urusan Tuhan'.

That's why aku ga ngerasa aku punya hak untuk 'have a word' tentang itu.
Tapi, if you're asking me from a medical point of view, tentu aku bakal punya 'medical advices' untuk kesehatan. πŸ₯πŸ’Š
Tapi aku ga punya hak untuk nge-judge, untuk menghukum, untuk menindas.

We're all human.
Just because we sin differently, doesn't make us any holier than the others.

Aku tahu banget saying this bakal bikin beberapa orang berfikir, 
"ya Kristen kan memperbolehkan banyak hal."


As a christian I say, God teaches me the ultimate law, Law of Love.
Dan aku yakin, Tuhan lebih besar dari segala hal yang ada.
DIA yang punya hak untuk menentukan, bukan aku.
DIA memanggil aku untuk hidup dan berbuah untuk banyak orang dalam hidupku, bukan untuk judge and condemn on other people.




so yeah, kira-kira itu sih beberapa hal yang aku rasa harta warisan paling-paling tak ternilai dari orang tuaku dan yang bakal aku jaga dan aku turunkan ke anak-anakku.πŸ’–πŸ™
semoga bisa jadi kebaikan dan membuka sudut pandang baru. 






Thank you, for everything.











I was contemplating whether I should write this post now or later, then this came up and I was 100% sure.





 












 
































the one verse I will always live by.





P.S.
There are actually some posts I'm planning to write.
I even asked Oli what she thought about the topic I was considering.
Cuz' I don't want to speak on things that I don't do by myself, cuz' that would be hypocritical.

Good night, universe.
Thank you for everything.
πŸ™πŸ’•πŸ‘„

No comments:

Post a Comment