Hello everyone.
It's December already.
And there's only 6 more days of 2020.
Me : "Mam, aku bersyukur banget buat banyak hal yang aku putuskan untuk lakukan dan ga lakukan untuk diriku sendiri."
I was on the phone with Mama Laura and talking about how I have been deciding things very selectively in my life, especially these past 2 years.
Aku ingat banget pernah ngomongin ini ama Nayas :
Nay : "Iya adek gua tu bilang, 'Ya dia kan udah 16 tahun, dia harusnya udah bisa mikir, dia kan udah dewasa.' Trus gua kayak, 'No, 16 itu masih anak-anak.' Mungkin karna dia masih seumuran gitu kali ya, makanya dia bilang 16 udah dewasa."
Me : "Iya. 16 mah masih kecil banget. Bahkan gua ga yakin nyebut 18/19 udah dewasa. Pemikirannya ya.."
Nay : "Lu nyebut dewasanya usia berapa?"
Me : "Sebenernya balik ke orangnya masing-masing sih. Soalnya ada juga yang udah berusia 20an akhir, pola pikirnya masih kayak anak-anak. Hmm... tapi kalau disuruh sebut angka, mungkin 21 kali ya. Kalau lu?"
Nayas : "Iya, gua juga 21 baru sebut dewasa."
In my personal opinion, kebebasan bukan tentang seberapa banyak hal yang bisa dilakukan tanpa 'kena hukuman' tanpa kena 'sanksi sosial', bukan sekedar 'kan udah besar'.
Tapi tentang jujur nanya ke diri sendiri :
"Kalau aku ngelakuin ini, apa ini berdampak baik buat aku, masa depan aku?"
"Kalau aku ngelakuin ini apa aku tetap akan ngerasa damai dan tenang dengan diri aku sendiri?"
"Apa kalau aku ngelakuin ini aku bakal berbohong, nyembunyiin sesuatu, atau manipulasi sesuatu, apalagi ke orang-orang yang paling aku sayangi?"
Mike Todd says something like,
"You know you're not a kid anymore, when you don't tip toe "is this a sin? is this not? where's the line?"
But you start asking, "Is this growing me as a person? Am I closer to my purpose?"
And...Merry Christmas, everyone.
No comments:
Post a Comment